02 September 2009

350 Tahun


Tiga ratus lima puluh tahun penjajahan.


Apabila dihitung dari masa mulai kehadiran unsur-unsur atau alat-alat penjajahan bangsa Belanda, atau sekitar 41/4 abad penjajahan apabila dihitung dari masa kehadiran unsur-unsur atau alat-alat penjajahan bangsa Spanyol dan Portugis di bumi Pertiwi Indonesia telah menutup masa-masa kebesaran Nusantara kita yang dibina dan kesejahteraan itu lalu disusul oleh abad-abad penderitaan perang-preang kolonial serta perang-perang gerilya dan perang-perang saudara, sebagai akibat dan buah hasil daripada politik dan kegiatan-kegiatan penjajahan bangsa-bangsa Portugis, Spanyol, Inggeris dan Belanda.
Kemudian disusul dengan penjajahan oleh bangsa Jepang.
Pada awal abad XX, berakhirlah perlawanan rakyat kita yang bersenjata dan rampunglah penjajahan asing dan Nusantara yang maha luas dan kaya raya itu.

Dengan diproklamasikannya kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka mulailah revolusi bangsa Indonesia yaitu melenyapkan tertib lama kolonial dan mendirikan negara Indonesia atas dasar Mukadimah UUD’ 45. Demikianlah semangat jiwa ’45 menjadi modal utama rakyat bangsa Indonesia.

Pengorbanan-pengorbanannya adalah merata dari kota hingga ke desa-desa, dari pengawai-pegawai sampai ke rakyat jelata. Perjuangan Indonesia bukanlah perjuangan segolongan orang, melainkan perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Pengorbanannya bukanlah dari beberapa lapisan, melainkan pengorbanan seluruh masyarakat. Kemerdekaan bukanlah jasa dan milik seseorang atau segolongan orang, melainkan dari segenap rakyat. Pemimpin revolusi bukanlah cuma dwi-tunggal Soekarno – Hatta, Panglima Besar Sudirman atau PM gerilya Safruddin Prawiranegara, SH, melainkan meliputi semua komandan kesatuan yang berjuang, pegawai-pegawai yang terus bernonkooperasi dan tak boleh dilupakan, Pak Camat dan Pak Lurah serta pejuang-pejuang di luar negeri dan penerobos-penerobos blokade. Prajuritnya bukan saja yang memanggul senapan, melainkan juga pak tani pemegang cangkul dan buruh yang menolak bekerja untuk musuh. Maka perjuangan dan gerilya seluruh rakyat telah menempuh gerbang kemerdekaan dan kedaulatan pada akhir tahun 1949. namun perjuangan belum selesai di sini. Baru langkah pertama yang telah dikerjakan. Langkah perjuangan masih harus ditingkatkan terus-menerus.
Semangat perjuangan itulah yang kita sebut dan kita kenal sebagai “Semangat dan Jiwa Empat Lima”.

Perang kemerdekaan kita yang berakhir pada akhir tahun 1949 telah disusul oleh perang-perang saudara yang tak kurang dahsyatnya. Perang saudara yang juga berjangkit selaku perang dingin dan perang hangat, menggoncangkan Nusantara. Preang dingin memecahk belah kita, perang hangat mengamuk di sesa-desa di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Sumatera. Perang saudara, dingin atau panas, telah pula meminta korban-korban jiwa dan harta-benda yang terus-menerus dari rakyat jelata.

Belum lagi terhitung pemberontakan komunis yang meletus pada awal tahun 1946 dan pada akhir tahun 1948, maka dari itu janganlah kita sampai tertidur atau lengah. Perjuangan kita belum selesai. Perjuangan kita harus diteruskan. Semangat jiwa empat lima harus terus menjadi darah daging rakyat kita. Hanya itulah yang dapat mengatasi puncak-puncak kesukaran yang berada di hadapan kita. Hanya semgat dan jiwa empat lima inilah yang dapat menerobos perkubuan-perkubuan yang melintang di depan kita dan semangat dan jiwa empat lima inilah yang Insya Allah bisa meneyelamatkan persatuan kita dan menjadi modal pembelian tumpah arah kita dalam gelanggang percaturan perang dunia, baik yang dingin maupun yang panas.


 

blogger templates | Make Money Online